Meningkatkan Standar Pendidikan (MDG’s) Kita Dalam Globalisasi


MDG’s adalah kesepakatan yang dibuat oleh 189 negara pada tahun 2000 di Newyork, berisi tentang berbagai indicator dalam pencapaian social, untuk kebaikan dalam suatu Negara. Negara yang menjadi anggota dari MDG’s harus berusaha untuk mencapai indicator tersebut dalam rentan waktu tertentu. Dalam artikel ini saya akan memberi penekanan terhadap angka pendididikan. Yang notabene merupakan masalah yang selalu ada dalam Negara berkembang dan miskin. Oleh karena itu Negara berkembang cenderung melekat berbagai nama, seperti rendahnya kualitas dari sumber daya manusia yang ada, yang penyebab utamanya adalah rendahnya pendidikan oleh masyarakatnya.

Dalam MDG’s sendiri penempatan pendididikan berada dalam urutan ke 2, hal ini berdasarkan peran strategis dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan menurut saya mempuyai efek domino yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat suatu Negara. Dengan pendidikan yang memadai akan menyebabkan peningkatan akan kualitas kesehatan, tingkat pengangguran yang rendah, tingkat pertumbuhan ekonomi dan lain-lain. Hingga tahun 2009 angka kemiskinan masih tinggi (sekitar 30 juta jiwa) dan angka pengangguran masih 10 juta jiwa (bps). Sedangkan data menurut bank dunia mengatakan bahwa jumlah pengangguran yang ada di Indonesia berjumlah sekitar 100 juta. Dengan standar penempatan pendidikan SD sekarang ini menjadi indicator pencapaian tingkat pendidikan di Indonesia, apakah benar akan menjamin terciptanya efek domino dalam kehidupan masyarakat kita? Walaupun memang benar dengan pendidikan dasar ini berpengaruh kepada penurunan tingkat buta huruf dalam masyarakat kita. Pemerintah Indonesia memang memasang target bahwa dalam rentan sampai 2020 akan mengubah indikatornya menjadi SMP-SMA.

Rendahnya HDI akan menyebabkan rendahnya output maupun tingkat kesehatan masyarakat. (HDI) 2009, Indonesia berada di urutan ke-111 atau di bawah Palestina yang berada di peringkat ke-110 dari 182 negara (kompas). Hal ini memberikan gambaran betapa kurangnya perhatian dalam pendidikan maupun kesehatan. Berbeda jauh dengan Negara tetangga kita seperti Malaysia (ke-66) dan Singapura (ke-23). Hal inilah yang menyebabkan sumbangan masyarakat kita terhadap produktifitas dari pertumbuhan ekonomi tidak menjadi prioritas, walaupun dalam kenyataannya memang cukup besar sumbangan secara fisik terhadap pembangunan. Tapi yang saya kawatirkan adalah sumbangan yang besar ini hanyalah efek dari banyaknya penduduk Indonesia. Kalau memang hal itu yang terjadi maka akan sangat mengkhatirkan bagi kehidupan bangsa kita sendiri. Karena pada kenyataannya sumbangan yang diberikan hanya dari tingkat pekerjaan taraf bawah.

Lingkaran setan MDG’ dan perdagangan bebas

Mengapa pendidikan menjadi indicator penting dalam MDG’s? Hal ini dikarenakan pendidikan mempunyai daya untuk dapat mencapai berbagai indicator kesejahteraan lain yang ada dalam manusia. Dalam praktisnya akan sangat berpengaruh terhadap penguasaan terhadap teknologi yang ada dan modal yang ada dalam perekonomian. Memang hal ini tidak dapat dicapai dalam jangka pendek, karena pendidikan merupakan sebuah investasi yang mungkin membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat melihat hasilnya. Saya meletakkan masalahnya kepada factor dari waktu, jika kita melihat lebih jauh lagi hal ini merupakan factor yang sangat krusial. Disebabkan karena jika kita kalah start dari negara lain, maka negara kita akan selalu tertinggal dengan negara berkembang lainnya.

Hal ini lah yang akan menyebabkan efek yang selalu berputar dari dalam negeri kita sendiri. Sebenarnya belum ada data yang pasti dalam pencerminan terhadap tingkat pendidikan yang ada di Indonesia, ada yang menyebutkan bahwa masyarakat kita hampir 90% telah dapat mengikuti pendidikan dasar, hampir 70% lebih telah dapat menjangkau dan sekitar 60% yang hanya dapat mengenyam pendidikan tingkat SMA. Dari data yang kita lihat dapat kita simpulkan secara umum bagaimana pengurangan pendidikan pada setiap tingkatnya. Penurunan pertisipasi dari setiap tingkat pendidikan yang ada di Indonesia ini akan sangat merisaukan dengan keadaan global yang ada sekarang ini. Karena akan sangat berpengaruh terhadap pengembangan ekonomi dan penguasaan ekonomi didalam negara kita sendiri. Pengurangan pertisipasi dari setiap tingkat pendidikan  juga dapat kita lihat dari data keikut sertaan dari ujian dari SD sampai SMA sebagai berikut ini :

Tingkat Negeri/State Swasta/Private
Pendidikan
Education Level Lulus Tidak Lulus Jumlah Lulus Tidak Lulus Jumlah
  Pass Not Pass Total Pass Not Pass Total
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7
             
SD 1 855 3 1 858
Primary School            
             
SMTP 542 13 555 8 8
Junior High School            
             
SMTA            
Senior High School            
–     SMA            
–     SMK            
–     SPPN* 239 11 250 10 10
  51 11 62
  . . . . . . . . .      
             

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seperti kesimpulan di atas tadi, dapat kita lihat bahwa setiap naik kejenjang atasnya, akan terjadi penurunan yang signifikan dari tiap ujian yang dilakukan. Yang dikawatirkan adalah tentang adanya generasi yang hilang dalam setiap jenjangnya. Dan hal itu juga merupakan slah satu indicator bagaimana tingkat partisipasi masyarakat kita terhadap pertumbuhan ekonomi kedepannya.

Apakah dengan HDI kita yang sekarang ini kita dapat bersaing dengan negara-negara lain yang memiliki tingkat HDI yang berada di atas kita? Hal inilah yang sangat merisaukan kita, apalagi dengan struktur negara kita yang sedemikian besar. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana  sebaiknya system pendidikan yang ideal untuk dapat menjangkau di tiap-tiap wialyah Indonesia. Sebenarnya dengan besarnya negara kita dapat menjadikannya sebagai keuntungan antara lain tenaga kerja yang tersedia cukup banyak dan merupakan pasar yang potensial untuk memasarkan hasil dari produksi. Tetapi pada kenyataannya hal ini tidak dapat menunjang dari peningkatan dari masyarakat kita dan pada kenyataannya hasil dari keuntungan produksi hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja.

Apa yang sebenarnya terjadi? Jika kita lihat dari struktur permodalan kita yang hampir 82% dari penanaman modal asing. Hal ini mempengaruhi bagaimana dominasi dari keuntungan yang diperoleh oleh masyarakat kita. Dan hal ini menyebabkan peminggiran peran dari masyrakat kita dalam ekonomi. Peminggiran ini bukan hanya dalam bentuk fisik tetapi juga dalam struktur perusahaan. Didasarkan pada penguasaan dari teknologi yang ada, penguasaan teknologi tidak didominasi oleh masyarakat kita. Penjelasan itu dapat mengingatkan kita bahwa pendidikan merupakan bagian integral yang harus segera dilaksanakan dan harus ditangani dengan sangat serius.

Dengan pekerjaan yang masih dalam taraf rendah tersebut, maka juga akan mempengaruhi bagaimana tingkat pendidikan yang diperolehnya. Oleh karena itu rantai ini tidak akan pernah putus jika tidak ada campur tangan dari pihak lain. Disamping itu perubahan peradigma tentang pendidikan juga perlu dilakukan. Bagaimana mengarahkan pandangan masyarakat tentuang pentingnya pendidikan untuk kehidupan mereka. Tetapi kembali ke masalah awalnya, yaitu masalah rendahnya kesejahteraan dari masyarakat. Hal inilah yang akan sangat mendominasi bagaimana akses mereka terhadap pendidikan yang sulit masyarakat kita jangkau, karena tidak bisa kita pungkiri bahwa akses terhadap pendidikan bukanlah hal yang murah.

Penguasaan modal oleh asing akan selalu menjadi momok dalam sejarah bangsa ini, setelah kita memutuskan untuk membuka diri dengan masyarakat global sampai saat ini. Hal inilah yang seharusnya dapat kita jadikan keuntungan, jika kita benar-benar sudah siap untuk mendapatkan belum keuntungan itu. Tapi sebaliknya jika kita belum seutuhnya siap untuk mendapatkannya, maka negara lainlah yang akan mendapatkan keuntungan itu. Kenapa kita belum siap untuk mendapatkan kuntungan tersebut? Siap atau tidak sangat dipengaruhi oleh kesiapan SDM dan SDA dalam negeri ini. Yang tidak kalah penting juga kesiapan dari nilai yang ada dalam masyarakat kita untuk mengatur mekanisme yang ada. SDA Indonesia mungkin akan sangat melimpah jika SDM kita mampu mengolahnya. Hal itu mengisyaratkan kita tentang kemandirian untuk mengolah yang ada di negeri ini.

Pengambilan sumber daya alam oleh pihak asing merupakan hal yang sudah biasa dalam negara kita. Apakah ini akan terus berlanjut sampai SDA kita terkuras habis? Dan apakah kita hanya akan menjadi masyarakat yang hanya melakukan konsumsi? Harus segera kita atasi dengan meningkatkan peran SDM kita secara maksimal. Ini adalah merupakan sebuah urgensi bagi  kita negara kita untuk segera meningkatkan tingkat pendidikannya. Memang tidak serta merta dapat langsung dapat berubah, karena sebagaimana kita tahu pendidikan merupakan sebuah proses yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bukan masalah waktunya yang kita harus kejar, tetapi tentang bagaimana kita memulainya. Semakin cepat kita memulainya, maka akan semakin bagus untuk kita kedepannya. Pendidikan yang saya maksud adalah pembukaan akses pendidkan yang lebar terhadap pendidikan yang tigkatnya lebih tinggi daripada sekolah dasar dan menengah. Karena menurut saya pendidikan yang berada diatas itulah yang dapat membuat ketergantungan kita terhadap pihak asing dapat berkurang. Sebenarnya tidak menjadi masalah jika terjadi ketergantungan, tetapi ketergantungan itu yang dapat menguntungkan kita, bukan hanya ketergantungan yang membuat masyarakat kita menjadi tersingkirkan. TKI dalam negeri sendiri adalah Fenomena yang biasa terjadi dalam Negara kita, maupun Negara berkembang lainnya. Penyebabnya adalah rendahnya tingkat produktifitas dari pekerja kita yang notabene pendidikannya masih rendah. Masyarakat kita bekerja di tanah airnya sendiri, kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh dalam perusahaan yang berasal dari modal yang besar. Dengan gaji yang sedikit tentunya. Oleh sebab itu untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi dirasa tidak mungkin dengankeadaan ekonomi yang ada dalam masyarakat kita. Dalam MDG’s menyebutkan bahwa indicator dari pendidikan adalah terpenuhi pendidikan dasar dari masyarakat. Sebenarnya yang perlu kita tahu adalah apakah hal ini murni tujuan ataukah hanya alat untuk memperburuk kondisi dari perekonomian negara berkembang?

Peran Pemerintah

Peran pemerintah inlah yang menjadi factor penentu, walaupun tidak menampik bahwa harus ada koordinasi yang bagus dan kesamaan visi antar pelaku dalam keseluruhan masyrakat. Faktor penetu ini berupa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk dapat menjadikan pendidikan factor yang dominan dalam APBN. Disamping itu harus ada rencana jangka panjang tentang bagaimana investasi dari luar negeri kedepannya, dengan pemberdayaan masyarakat lokal yang dominan. Bukan hanya sebagai buruh pabrik, tetapi lebih ke jabatan yang memerlukan ketrampilan dan intelektual. Dengan indikasi tersebut maka dapat kita lihat begitu besarnya peran pendidikan dalam taraf yang lebih tinggi daripada pendidikan dasar. Pemerintah harus sadar dengan kenyataan ini dan harus segera memikirkan jangka panjangnya tentang bagaimana perbaikan tingkat pendidikan. Dan bagaimana pengaturan sumber daya alam dalam jangka panjangnya. Karena tanpa dilakukan hal itu maka dalam jangka pendek ini SDA kita akan terkuras habis sebelum kita dapat mengolahnya dan menikmatinya.

Kesimpulan

Peran pendidikan sangat penting untuk dapat meningkatkan produktifitas yang dan efektifitas dari perdagangan bebas. Perlu diadakan peningkatan pendidikan kita bukan hanya sekedar pendidikan dasar dari negara kita. Pendidikan yang lebih tinggi akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan kita dan hubungan kita dan globalisasi yang ada sekarang. Kunci dari pendidikan adalah awal dari memulainya. Sehinga kita perlu memikirkan bagaimana keluar dari standar pendidikan dasar yang seperti tertera dalam indicator MDG’s. kita perlu meningkatkan standar pendidikan kita, memperbesar tingkat perguruan tinggi agar bisa menjangkau sebagian besar masyarakat Indonesia. Karena mengingat pendidikan dasar sekarang ini tidak lagi dapat menjadi ukuran intelektual dari globalisasi. Dan hanya menambah penderitaan bagi rakyat Indonesia.

 

Sumber :

www.kompas.com

www.wikipedia.org

www.bapenas.go.id

 

 

 

 

 

 

 

This entry was posted in KULIAH. Bookmark the permalink.

Leave a comment